My life is my journey

Serangkaian kisah memilukan antara Pakundon, Greweng dan Jungwok



 Haiiiii mblooo.... Kembali lagi berjumpa dengan saya, pahlawan kesiangan ha..ha..ha.. Yaa meskipun ane sebenernya bukan pahlawan tapi tetep kesiangan, ane punya kisah memilukan baru yang layak disuguhkan.
*jreeeeenggg*

Begini ceritanya...... Momment liburan akhir tahun yang langka akhirnya kesampean juga mblo, awalnya kita punya beberapa opsi destinasi pantai-pantai cantik yang ada di Gunugn Kidul. Setelah terjadi berbagai perundingan yang sengit walaupun nggak sesengit bau belalang mati *itu sangit woii* akhirnya kita memilih Pantai Pakundon karena "Penasaran". Menurut informasi yang kita dapet pantai Pakundon terletak di desa Purwodadi-Tepus-Gunung Kidul dekat dengan pantai Siung. Dengan bermodalkan rute dari GPS dan motor matic kita menuju pantai Siung dengan beranggotakan Ane-Mas Eko, Mas Ninto-Mira dan Irwan-Mbak Dita. Kita memilih rute Cawas-Pedan untuk mempersingkat waktu, akhirnya pukul 11.30 WIB kita sampai di pertigaan pantai Siung. Disitu kita nanya ke mas-mas tengil yang mintain sumbangan pakek kardus, tapi mbloo, kita malah di bully karena kita nyari pantai yang nggak ada. hiks..hiks.. #prayforjolang 

Sementara gelisah galau merana, kita makan mie ayam dulu sambil diskusi umum. Dan ternyata ibu-ibu penjual mie azam dan mas-mas bengkel bilang kalo pantai Pakundon itu cuman deket, parkirnya di Siung nanti jalan sedikit udah sampe pantai Pakundon. Dengan segala pertimbangan yang ada karena kita udah jauh-jauh sampe situ akhirnya kita gambling mencoba mencari pantai yang antah-berantah itu. 


menyusuri sawah demi Pakundon

*Skip* Akhirnya kita memutuskan naik ke tebing dengan membayar uang masuk @1k dan untuk memastikan kita nanya lagi ke bapak-bapak penarik retribusi arah menuju pantai Pakundon. Setelah jalan yang di tempuh DIRASA benar, kita naik ke tebing yang anak tangganya curam-curam mblo, sampe putus-putus napasnya. Setelah sampai ke atas kita celigukan dan tidak menemukan tanda-tanda pantai. Kita coba menelusuri sawah-sawah yang ada, mengikuti jalan setapak dan ber-say hai sama sapi-sapi yang sedang memamah biak. Mas Eko, Mas Ninto dan Mas Irwan udah sampe bawah, tapi karena jalannya susah Ane, Mbak Dita dan Mira nggak nyusu turun dan memilih buat selpi-selpi unyu aja d pinggir jurang. Setelah mereka kembali dari bawah dan menyatakan Mission Failed akhirnya kita putuskan kembali. Waktu perjalanan banyak mas-mas bawa carier sambil naik ke bukit, mbak Dit berinisiatif nanya mau kemana. Dan masnya bilang "Mau ke Titik 7 mbak, bagus banget kok, naik aja". Dan mbak Dita menyipulkan kalo pantai Pakundon nggak ada di sana, dia berfeeling kalo Pakundon itu malah lewat Pantai Wedi Ombo. Setelah kita turun, ane ngelewatin bapak-bapak penjaga yang memberikan petunjuk palsu tadi dan ane protes karena pantainya nggak ada. Kemudian dia menjawab "Ohh soalnya ini belum hujan airnya belum keisi, nanti kalo habis hujan kamu naik lagi kesini baru ada pantainya" *faaaaakk* -_____- ternyata bapak yang ke-embah-embahan itu sotoy, sebenernya dia nggak tau pantai Pakundon tapi belagak tau. Dan dari bapak sotoy itu juga mbak Dita nanya apakah titik 7 itu??? Menurut pengakuan si embah itu semacam komunitas pecinta alam (bukan pecinta wanita lohh yaa) mereka mau ngecamp d atas situ. Tapi mblo,  setelah kita browsing ternyata detik 7 itu semacam puncak gunung kidul yang aksesnya lewat pantai Siung.  Berarti pakdhe-pakdhe yang tadi memyesatkan kita 2x -_-. Perjalanan kali ini memang penuh tipu daya. 
narsis di tebing 
*skip* Akhirnya kita memutuskan move on ke pantai Wedi Ombo, tapi karena beda lingkup sama Siung jadi kita kena retribusi lagi permotor 10k. Sesampainya di pantai Wedi Ombo, ternyata di situ deket juga sama pantai Greweng, ada yang lain juga, pantai Sedahan, Jungwok sama satunya lagi ane lupa mblo. Karena parkiran di Wedi Ombo penuh dan kita berspekulasi bahawa banyak manusia di sana juga, maka kita memilih ke pantai Greweng. Di parkiran kita sempet ribut sejenak soal parkir dan datanglah ibu-ibu paru baya datang dengan senyum gemilang di wajahnya sembari bertanya "Mau ke pantai mana ini?" "Pantai Greweng, buk" "Ohh kalo pantai Greweng memang tidak ada parkiran, jadi parkirnya ya di sini, nanti tinggal jalan kaki sedikit sudah sampai". Berbekal dengan mulut manis si ibu pemilik warung dan parkiran maka kami mengikuti petunjuknya. Tapi mblo... 30menit kita berjalan dan tak jua menemukan perairan, terlebih medan di sana bebatuan tak rata berhiaskan tanah setengah bsah, melewati lorong karang yang aromanya pesing dan auranya bikin merinding, sampailah kita pada ujung jalan yang menunjukkan perairan berada, tapiiii setelah kita turun dan naik bukit. Oke fix perjalanan kedua ini kami nyatakan "Zonk part 2" *ketok palu 3x*. Karena waktu d sana sudah jam 3 sore dan kalo kita nekat ke pantai Greweng pasti baliknya malem dah. Waktu jalan pulang ketemu sama rombongan mas-mas, mereka nyaranin kita pulang aja mblo, ternyata mereka berangkatnya dah dari pagi, bayangin aja mblo mereka aja jalan pagi sore baru balik, nahh kita kalo nekat jalan apa nggak pulangnya besok dini hari..hemmm... 

perjalanan menuju pantai Greweng
New Zeland yang tersembunyi
*skip* Kita sampe d warung ibu-ibu tanpa rasa berdosa yang telah menjerumuskan kita, jajan es demi melepas dahaga, ketemu juga sama mas-mas yang tadi papasan. Singkat cerita kita udah ribut mau kemana lagi soalnya belom main-main di pantai padahal udah sejauh ini. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya kita menuju pantai Jungwok. Naik motor kita berboncengan kesana, medannya masih terjal banget mblo, kasian velg motornya. Dan sepanjang perjalanan ternyata ada parkiran motor menuju pantai Greweng dan pantai Sedahan *faaaaakk* kita d kibulin embah-embah 2x ternyata, dia bilang gak ada parkiran di Greweng biar pada mau parkir di tempat dia -___-, padahal kalo parkirnya di agak bawah kan akses ke sana lebih singkat. Duh gustiii paringono duit akeh #prayforjolang. 

mbakDit nyari kayu bakar buat bertahan hidup :D
akhirnya bisa bobok-bobok unyu
cara baru menikmati kopi :D
nggak sengaja drescodenya bisa samaan
Akhirnya kita bisa bobok-bobok cuntiks di pantai.. Yaa walaupun tidak sesepi dan seindah pantai yang kita dambakan, tapi Jungwok recomended kok gaiis buat dikunjungi. Istimewanya d sana karena ada enceng gondok yang tumbuh liar, membuat Jungwok tidak terlihat sama dengan pantai-pantai lainnya. Tapi kalian sebaiknya jangan main-main di dekat karang besar, karena beberapa bulan lalu pernah kejadian karang tersebut ambrol dan menewaskan beberapa pengunjung yang sedang bermain di situ jadi sekarang di pasang papan peringatan bahaya di sekitar karang. Setelah puas foto-foto unyu, guling-guling di pasir dan ngopi di tengah deburan ombak, akhirnya pukul 18.30 WIB kita pulang. Di persimpangan kita sempat bingung, mau lewat Semin atau lewat Prambanan. Entah mengapa setiap kita ke Gunung Kidul jalan berangkat tidak pernah selalu sama dengan jalan pulang, ini masih menjadi sebuah misteri. Karena takut kesasar dan sebagainya akhirnya kita memutuskan lewat Prambanan yang sudah pasti. Kita makan malam di Wonosari kota, lanjut lagi sekitar pukul 20.30 WIB dan kesalahan kembali lagi terjadi. Prambanan-Delanggu macet, padahal sampe sana udah jam 23.00 WIB mana vantad rasanya udah gak karuan, kaki udah sakit semua, tapi kesabaran masih tetap menguji. Beberapa pelajaran yang dapat kita ambil dari perjalanan kali ini : 1.Jangan mudah percaya sama embah-embah ndeso 
2.Siapkan selalu plan B dan C 
3.Jangan memilih jalur Wonosari-Prambanan kalo menuju/dari Solo karena akan lebih jauh 
4. Kalo zonk jangan pernah kapok, namanya juga our trip our adventure hahaha... 
-Tamat-
0 Comments for "Serangkaian kisah memilukan antara Pakundon, Greweng dan Jungwok"

Back To Top